RENUNGANKU HARI INI .
_______________________________________________________
“ ... KEJAHATAN TERORGANISIR AKAN MENGALAHKAN KEBENARAN TAK TERORGANISIR ... ”
(Ali ibn Abi Thalib.)
_______________________________________________________
“KEBENARAN MATERIIL harus dibuktikan oleh KEBENARAN FORMIL. Ketika keduanya tak sejalan, maka tegaknya kebenaran formil HARUS diutamakan.”
Dalam praktik hukum di dunia, kebenaran legal-formal adalah dasar pijakan. Asas PRADUGA TAK BERSALAH, jangan harap ingin menjebloskan pencuri ayam ke penjara atau menangkap penjahat keji atau sang koruptor, ingin menagih denda tanpa bukti dan saksi kuat, sah dan meyakinkan.
Kendatipun kita haqqul yaqin wallahi warosulihi, pencurinya ataupun penjahat keji ataupun koruptornya adalah tetangga sebelah.
Seorang penjahat keji akan bisa melanggang tanpa bukti di meja pengadilan akan kejahatan dan kekejiannya. Ketika pencuri ayam dan penjahat maupun sang koruptor melenggang, siapa yang salah, pelaku atau korban? Ketika keadilan mati, siapa salah, tradisi, sistem atau hukum?
Boleh jadi, kisah tragis kekalahan sengketa di peradilan itulah yang menginspirasi khalifah Ali dengan kalimat :
“Kejahatan terorganisir akan mengalahkan kebenaran tak terorganisir.”
Atau,
“Kejahatan orang berilmu (pengetahuan) akan mengalahkan kebenaran (atau kebaikan) orang awam-bodoh.”
Di negeri ini banyak orang berilmu tinggi (formal-agama), namun ironisnya, justru paling jago dalam kejahatan korupsi.
Sarjana dan ulama, produk lembaga pendidikan universitas dan pondok pesantren yang seharusnya menjadi motor peradaban, justru menjadi horor kebiadaban.
Kini, nilai-nilai etika-nurani, ruh utama hukum agama gagal terlibat dalam legalistik-formalistik hukum negara.
Dilematis, mendua, ambiguitas dan bias.
Tanpa norma-etika-nurani, hukum dunia mustahil sampai ke fitrah tujuannya, KEADILAN...!
Adakah muslim yang meragukan AL QUR’AN sebagai kitab hukum paripurna, rujukan solusi atas perkara akhirat dan dunia?
Namun,
(semua) kitab hukum di dunia hanya akan tinggal blank text belaka, apabila tanpa kesadaran hukum penggunanya.
MENGERIKAN.
MIRIS.
KEADILAN TELAH TERBELI, TERGADAI.
Lz. 12 01 2013.
_______________________________________________________
“ ... KEJAHATAN TERORGANISIR AKAN MENGALAHKAN KEBENARAN TAK TERORGANISIR ... ”
(Ali ibn Abi Thalib.)
_______________________________________________________
“KEBENARAN MATERIIL harus dibuktikan oleh KEBENARAN FORMIL. Ketika keduanya tak sejalan, maka tegaknya kebenaran formil HARUS diutamakan.”
Dalam praktik hukum di dunia, kebenaran legal-formal adalah dasar pijakan. Asas PRADUGA TAK BERSALAH, jangan harap ingin menjebloskan pencuri ayam ke penjara atau menangkap penjahat keji atau sang koruptor, ingin menagih denda tanpa bukti dan saksi kuat, sah dan meyakinkan.
Kendatipun kita haqqul yaqin wallahi warosulihi, pencurinya ataupun penjahat keji ataupun koruptornya adalah tetangga sebelah.
Seorang penjahat keji akan bisa melanggang tanpa bukti di meja pengadilan akan kejahatan dan kekejiannya. Ketika pencuri ayam dan penjahat maupun sang koruptor melenggang, siapa yang salah, pelaku atau korban? Ketika keadilan mati, siapa salah, tradisi, sistem atau hukum?
Boleh jadi, kisah tragis kekalahan sengketa di peradilan itulah yang menginspirasi khalifah Ali dengan kalimat :
“Kejahatan terorganisir akan mengalahkan kebenaran tak terorganisir.”
Atau,
“Kejahatan orang berilmu (pengetahuan) akan mengalahkan kebenaran (atau kebaikan) orang awam-bodoh.”
Di negeri ini banyak orang berilmu tinggi (formal-agama), namun ironisnya, justru paling jago dalam kejahatan korupsi.
Sarjana dan ulama, produk lembaga pendidikan universitas dan pondok pesantren yang seharusnya menjadi motor peradaban, justru menjadi horor kebiadaban.
Kini, nilai-nilai etika-nurani, ruh utama hukum agama gagal terlibat dalam legalistik-formalistik hukum negara.
Dilematis, mendua, ambiguitas dan bias.
Tanpa norma-etika-nurani, hukum dunia mustahil sampai ke fitrah tujuannya, KEADILAN...!
Adakah muslim yang meragukan AL QUR’AN sebagai kitab hukum paripurna, rujukan solusi atas perkara akhirat dan dunia?
Namun,
(semua) kitab hukum di dunia hanya akan tinggal blank text belaka, apabila tanpa kesadaran hukum penggunanya.
MENGERIKAN.
MIRIS.
KEADILAN TELAH TERBELI, TERGADAI.
Lz. 12 01 2013.
No comments:
Post a Comment